WELCOME INTO MY IMAGINATIONS

"Janganlah kamu kagum (takjub) dengan amal seseorang, sampai kamu melihat sedang melakukan apakah ia saat kematian itu datang menghampirinya." (H.R. Thabrani)..

Jumat, 02 Januari 2015

Pelatihan Kompetensi Pengendalian Hama dan Penyakit

Annyeong, imaginers. Apa kabarnya? Long time no see yach. Kali ini aku cerita tentang pengalaman mengikuti Pelatihan Peningkatan Kompetensi Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu bagi Peneliti Pendamping Kegiatan Strategis Lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kegiatan ini dilaksanakan untuk mendukung tercapainya swasembada pajale (bukan bahasanya arjuna Mahabharat wkwkwk)alias padi, jagung, dan kedelai tiga tahun ke depan. Pelatihan ini merupakan kerjasama antara Badan Litbang Pertanian dengan Pusat Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian (PPMKP). Acara dilaksanakan pada tanggal 24 November- 5 Desember 2014 di Bogor. 

Imaginers, masalah utama di lapang dalam pertanian, khususnya dunia pajale adalah serangan hama dan penyakit. Coba deh tanya petani, pasti jawabannya sama. Memang sih kalau kita tilik secara seksama ada banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya serangan hama dan penyakit. Sekarang bukan lagi dikenal dengan segitiga penyebab terjadinya serangan hama dan penyakit (faktor inang yang "ganas", tanaman yang rentan, dan lingkungan yang mendukung), tapi sudah ditambah adanya peran manusia yang sangat penting. Pokoke kalau manusia sudah memutuskan dan bertindak untuk urusan perut, bablas dah. Lha kita kan manusia juga yach hehehe.. but, intinya swasembada tanaman apapun tidak akan tercapai jika terjadi serangan hama dan penyakit di lapang. 

Bagi yang pernah menjadi penyuluh pertanian atau yang sering turun ke lapang tentunya pernah "ditembak" pak tani dengan pertanyaan " tanaman saya kena hama/penyakit. Apa obatnya? Nah jika kita tidak mengetahui dengan jelas jenis dan karakteristik hama/penyakitnya pasti pusing dan keluarlah jawaban sakti "pakai pestisida (insektisida/fungisida), pak! pasti cespleng dan tokcer." Tapi apa bener begitu? Secara filosofis jika suatu bangsa terlalu ditekan bahkan di genosida, pasti akan muncul anak-anaknya yang kuat. Lagi pula, dunia diciptakan Allah SWT untuk hidup berdampingan dengan makhluk imut-imut dan bisa saling berbagi agar hidup bahagia dunia dan akhirat...jiaa apa seh. :D Oleh sebab itu, khususnya sebagai praktisi pertanian perlu mengetahui cara-cara menghadapi makhluk Allah yang satu ini. Agar bumi tempat tinggal kita satu-satunya masih layak untuk diwariskan kepada anak cucu cicit cuit nanti. Itu salah satu tujuan pelatihan ini. Tujuan lengkapnya adalah meningkatkan pengetahuan dan kemampuan peneliti dalam pengendalian hama dan penyakit terpadu dan berkelanjutan, serta meningkatkan kemampuan peneliti dalam perancangan kegiatan penelitian dan diseminasi hasil pertanian tersebut. 

Acara dibuka dan ditutup oleh Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Dr. Agung Hendriadi, M.Eng . Pak Agung  menyampaikan tentang perkembangan sistem pertanian (dari sistem tradisional, modern hingga pertanian berkelanjutan) dan permasalahannya (penggunaan pupuk dan pestisida yang tidak rasional). Pada saat itu juga disampaikan sifat-sifat sistem pertanian berkelanjutan, yaitu: 
  1. mempertahankan fungsi ekologis 
  2. berlanjut secara ekonomis 
  3. adil bagi setiap pelaku pelaksana pertanian. Masing-masing mendapatkan hak-haknya dan tidak melanggar hak yang lain. 
  4. menjunjung tinggi nilai kemanusiaan
  5. mampu menyesuaikan dengan situasi dan kondisi saat ini. 
Masih banyak lagi yang disampaikan oleh pak Agung, tapi pada intinya adalah peserta pelatihan harus menguasai tentang konsep-konsep perlindungan tanaman dan mengaplikasikannya untuk mendukung swasembada(diantaranya)pajale. Peserta adalah para peneliti hama dan penyakit tanaman sebanyak 28 orang yang berasal dari 21 instansi di lingkup Badan litbang pertanian di seluruh Indonesia. Instansi tersebut adalah balai besar (BB),loka penelitian (lolit), balai penelitian (balit),dan balai pengkajian teknologi pertanian (BPTP)dengan rincian: 
  1. Lolit Tungro, Sulawesi Selatan. Jl. Bulo No. 101 Lourang Sidrap Sulsel. 
  2. Balit Buah Tropika, Solok (Balitbu Tropika). Jl. Raya Solok - Singkarak Km. 8 Solok Sumatra Utara 
  3. Balit Tanaman Sayuran (Balitsa). Jl. Raya Tangkuban Perahu No. 517 Lembang Bandung Barat 
  4. Balit Tanaman Tanaman Hias (Balithi). Jl. Raya Ciherang Pacet Cianjur 
  5. BB Padi Jl. Raya IX Sukamandi Ciasem Subang 41256 Jawa Barat
  6. Balit Tanaman Palma (balit palma). Jl. Raya Mapanget Minahasa Utara Sulawesi Utara 
  7. Balit Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas). Jl. Raya Karang Ploso Km. 4 Kotak Pos 199 
  8. Balit Tanaman Industri dan Penyegar (Balittri). Jl.Raya Parungkuda Pakuwon Km. 2 Sukabumi 
  9. Balit Tanaman Rempah dan Obat (Balittro). Jl. Tentara Pelajar No. 3 
  10. BB – Biogen. Jl. Tentara Pelajar No. 3A Cimanggu Bogor 
  11. BPTP DKI Jakarta. Jl. Raya Ragunan No. 30 Pasar Minggu 
  12. BPTP Sulawesi Selatan. Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang Makassar, Sulawesi Selatan 90242 
  13. BPTP Riau. Jl. Kaharuddin Nasution Km. 10 No. 341 Marpoyan Pekanbaru 
  14. BPTP Sumatera Utara. Jl. Jend. Besar A.H Nasution No. 1 B Medan 
  15. BPTP Sumatera Barat Jl. Raya Padang Solok Km. 40 Sukarami Kab. Solok Sumbar 
  16. BPTP Lampung Jl. Hi ZA Pagar Alam No. 1A Rajabasa Bandar Lampung 
  17. BPTP Kalimantan Barat. Jl. Budi Utomo No. 45 Siaton Hulu Pontianak 
  18. BPTP Gorontalo Jl. Moh. Van Gobel No. 270 Desa lloheluma Kec Tllongkabila Kab. Bonebolango 
  19. BPTP Jawa Timur. Jl. Raya Karang Ploso Km. 4 Malang 
  20. BPTP Sulawesi Tengah. Jl. Lasuri No. 62 Beriman Sulteng 
  21. BPTP Papua. Jl. Yahim No. 49 Sentani 

Kurikulum Pelatihan meliputi: 

I. Kelompok Dasar

  1. Pengetahuan tentang organisme penganggu tumbuahan (OPT)
  2. Masalah dan Tantangan OPT dalam Pembangunan Pertanian Masa lalu, Sekarang, dan Masa Depan
  3. Perkembangan Riset Pengendalian OPT di Indonesia
  4. Pembangunan dan Pertanian Berkelanjutan 
II. Kelompok Inti 
  1. Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu
  2. Identifikasi dan Determinasi OPT
  3. Komponen Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu Pengendalian dengan Varietas Tahan
  4. Pengendalian OPT dengan Pestisida Sintetis dan Dampaknya
  5. Pengendalian OPT dengan Pestisida Hayati dan Musuh Alami serta Dampaknya
  6. Rancangan Penelitian dan Pengkajian dalam Asppek Hama dan Penyakit Tanaman
  7. Rancangan Diseminasi Inovasi Teknologi Pengendalian Hama dan Penyakit 
III. Kelompok Penunjang
  1. Peramalan serangan Hama dan Penyakit Tanaman
  2. Pentingnya Karantina Tumbuhan dalam Era Globalisasi

Nara sumbernya adalah
  1. Prof.Dr. Edhi Martono (UGM)
  2. Prof.Dr. Deciyanto Soetopo (Puslitbang Perkebunan)
  3. Dr. Syafaruddin (Puslitbang Perkebunan)
  4. Dr.Siswanto (Puslitbang Perkebunan)
  5. Dr.Dyah Manohara (Balittro)
  6. Dr.Sudarmadji (BPTP Yogya)
  7. Ir. Toni Moekasan (www.moekasan2004.com)
  8. Ir. Agus Muharam, MS (Balithi)
  9. Prof.Dr. I Wayan Laba (Balittro)
  10. Prof. Dr. Mesak Tombe (Balittro)
  11. Prof. Dr. Rosichon Ubaidillah (LIPI)
  12. Dr. Abdul Munif (IPB)
  13. Prof. Dr. Aunu Rauf (IPB)
  14. Dr. Pudjianto (IPB) 
  15. Prof. Dr. Bahagiawati (BB Biogen)
  16. Ir. Wiwin Setyowati, MS (Balitsa)
  17. Dr. Marwoto (Balitkabi)
  18. Prof. Dr. Budi Marwoto (Balithi)
  19. Prof. Dr. Elna Karmawati (Puslitbang Perkebunan)
  20. Prof. Dr. Muhammad Arifin (BBP2TP) 
  21. Ir. Yadi Suryadi, M.Sc (BB Biogen)
  22. Ir. Bambang Hesti Susilo, M. Sc (Badan Karantina Deptan)
  23. Ir. Sarsito Wahono Gaib Subroto, MM (Balai Besar POPT)

Banyak sekali ilmu yang aku peroleh dari pelatihan ini.  Jadi ingat saat kuliah juga karena kembali diajar oleh dosen-dosenku dulu. Beberapa poin penting yang menjadi catatan karena dapat menjadi acuan dalam semua pengendalian hama dan penyakit antara lain:
1. Kenali konsep segitiga penyakit/hama, yaitu jenis organisme penganggu, keadaan lingkungan, dan tanaman).  Peran manusia juga perlu diperhitungkan karena dapat menyebabkan terganggunya keseimbangan alam.

2. Konsep di atas dapat digunakan untuk menyusun sistem kepakaran pengelolaan hama.  Pada intinya kita harus mengenal dengan jelas siapa "dalang" di balik kejadian suatu penyakit/hama.  Jika dijabarkan misalnya:
  • Harus jelas jenis OPT (vertebrata, invertebrata, jamur, bakteri, virus, nematoda, atau gulma).  Stadia hidup, biologi, dinamika populasi, gejala dan pola serangan, cara pengendalian yang telah dilakukan seperti mekanik, fisik, varietas tahan, pestisida nabati atau sintetik, musuh alami, ini mutlak diketahui agar pengendalian tidak salah sasaran dan salah metode pengendaliannya.
  • Umur dan bagian tanaman yang diserang, sistem budidaya tanaman, lokasi tumbuh harus dipelajari secara rinci.
  • Kondisi lingkungan termasuk faktor biotik dan biotik dari OPT dan tanaman juga wajib diketahui karena dapat menjadi pemicu juga outbreak penyakit/hama.
3. Dinamika populasi hama/penyakit di lapang harus dipantau secara reguler sehingga dapat diketahui saat pengendalian yang tepat.  Aku sedikit mengutip pendapat seorang petani sayuran organik sukses.  Katanya mengapa sayuran organik relatif lebih mahal dari sayuran yang disemprot dengan pestisida sintetik? Padahal sebenarnya input yang dikeluarkan lebih sedikit karena menggunakan bahan-bahan nabati untuk pupuk dan pengendalian hama dan penyakitnya, tidak perlu membeli pestisida sintetik.  Ternyata margin yang diperoleh adalah untuk bentuk "penghargaan" mereka yang rajin pengamatan tiap hari di kebunnya.  Ya iyalah, secara walaupun jika harga sayuran organik dijual dengan harga yang sama, petani sudah untung kok...hehehe...tapi memang perlu dihargai, berkat kerajinan petani mengunjungi kebun, konsumen bisa terhindar dari efek negatif pestisida sintetik :D

4.Mengetahui ambang ekonomi atau ambang kerusakan.  Umumnya,pada pengelolaan hama, tanaman memiliki ambang kerusakan yang merugikan secara ekonomi, misalnya 5 wereng/rumpun maka padi harus disemprot, tapi untuk pengelolaan penyakit (jamur, bakteri, virus)tidak demikian.  Jika ditemukan tanda penyakit pada satu bagian tanaman, menandakan harus diwaspadai. Terutama jika termasuk tanda penyakit dari penyakit utama tanaman tersebut.

5. Yang perlu diingat, implementasi PHT juga membutuhkan regulasi dan kebijakan/program agar jelas arah dan tujuan yang hendak dicapai serta reward dan punisment mempunyai landasan hukumnya.

6. Jejaring kerja dari dalam dan luar negeri perlu ditingkatkan karena masing-masing lembaga mempunyai tupoksi masing-masing yang dapat saling melengkapi satu sama lain.

Beberapa teknologi sederhana yang dapat diterapkan dalam pertanian organik:
1. Pembuatan perangkap trips sederhana pada tanaman cabai. 
  • Alat dan bahan: paralon panjang 25-30cm, spotlight kuning, plastik transparan,lem tikus, jepitan kertas.
  • Cara pembuatan: kertas spotlight ditempelkan ke paralon. Bubuhi lem tikus pada plastik transparan dan lem diratakan dengan saling tarik tempel plastik. bingung ya..liat gambar ajah deh hehe. Setelah lem rata dan tipis, plastik tersebut ditempelkan pada paralon tadi dengan jepit kertas. Perangkap siap dipasang.  Tiap 20 m diletakkan satu perangkap.  
Serius lihat tarik-tarikan plastik
Ta daa...ready to use
waduh cabainya sudah terserang virus

2.  Pestisida nabati ekstrak biji mahoni dan daun sambiloto

  • Alat dan bahan: Saringan, blender, jerigen, daun sambiloto 100 g, biji mahoni 50 g, alkohol 70% 10 cc, air 5 l.
  • Cara membuat: daun sambiloto dan biji mahoni dihaluskan, lalu tambahkan air dan alkohol.  Aduk hingga rata. Larutan dimasukkan ke dalam jerigen dan ditutup.  Biarkan selam 24 jam.  Larutan kemudian disaring dan dapat disimpan.  Yang perlu diingat, setiap produk nabati tidak dapat bertahan lama.  Sebaiknya ramuan dibuat saat akan digunakan.
  • Cara penggunaan: Campurkan larutan dalam air dengan perbandingan 1:15 (1 liter ramuan ditambah 15 liter air).  Semprotkan ke tanaman yang terserang hama.

Biji mahoni dapat digunakan untuk mengendalikan ulat Spodoptera litura. Lengkapnya dapat dibaca pada skripsi di sini. 

3. Pembuatan pupuk Bokashi
  • Bokashi adalah campuran dedak dengan tepung ikan yang difermentasi.  
  • Cara pembuatan:  90kg dedak padi dicampur dengan 10 kg tepung ikan asin secara merata.  Kemudian diberikan larutan air, molase (tetes tebu gula), danEM4 dengan perbandingan 1 liter air: 50 ml molase: 10 ml EM4.  Adonan diaduk secara merata, sampai kandungan air adonan mencapai 50%. Selanjutnya adonan dibungkus dengan kantong plastik yang ditutup secara rapat-rapat selama 4-7 hari.  Jika tidak rapat adonan akan busuk karena menjadi tempat bertelur lalat. Hasil fermentasi disebut sebagai pupuk bokashi. Pupuk disebarkan pada permukaan tanah pada waktu satu hari sebelum tanam dengan dosis 200 kg/ha.
Pengendalian secara hayati dengan menggunakan cendawan Trichoderma sp dan parasitoid Trichogramma sp telah dilakukan oleh sebagian petani padi.  Teknologi perbanyakan kedua jenis musuh alami tersebut juga sederhana, hanya diperlukan ketelatenan.  Untuk lebih lengkapnya cara perbanyakan keduanya dapat menghubungi Balai Besar Peramalan OPT


Beberapa dokumentasi kunjungan ke Balai Besar Biogen dan BB POPT ada di bawah sini:D

Isolasi DNA padi

Benih yang telah diberi perlakuan secara genetik

Gene gun untuk rekayasa genetik
DNA padi

Alat Vapor Heat Treatment.  Untuk desinfestasi lalat buah pada mangga gedong

Lemari tempat koleksi serangga

Koleksi lalat buah

Perbanyakan dan pemeliharaan lalat buah
Perangkap feromon
Ok imaginers, samapi di sini dulu.  Next time akan aku upload beberapa ringkasan materinya yach. Semoga bermanfaat.  Happy reading  :D


1 komentar:

Anak Pesisir mengatakan...

Kalau kita mau ikut sebagai pesertanya gimana ya caranya? Ilmunya keren banget.

Posting Komentar

 
Copyright 2010 Imaginasi Bunda Rizqy Wardhana. Powered by Blogger
Blogger Templates created by DeluxeTemplates.net
Wordpress by Wpthemescreator
Blogger Showcase